Mengapa Allah SWT disebut Dzat?
Islam mendeskripsikan wujud Allah SWT adalah berupa Dzat.
Dan ketika kita menanyakan mengapa Allah SWT disebut Dzat?
Dzat yang seperti apakah Allah Swt itu?
Apakah sama Dzat dengan zat?
Didalam Quran memang tidak ada spesifikasi yang menerangkan tentang wujud Allah Swt yang sering kita dengar “Allah swt adalah Dzat”.
Mungkin di karenakan sebagian besar manusia tidak ada yang bisa bertemu dengan Tuhan maka dari itu tidak ada manusia yang bisa menjabarkan bagaimana bentuk dan rupa Tuhan. Begitu juga dengan muslim, bahkan nabi Muhamad saw pun yang konon pernah mengunjungi surga tidak bisa menjelaskan maksud dari Dzat Allah Swt.
Ada muslim yang memberikan pendapat (salah satu contoh jawaban seorang muslim) “Dzat itu hanya kata ganti untuk Allah, karena berdasarkan sifat Allah bahwa tidak ada yg menyerupaiNYA, maka jelas kata ganti itu bukan kata ganti manusia, hewan, benda-benda, zat-zat dsb… sebut aja dgn sebutan DZAT. Dzat itu suatu kosa kata dari bahasa Arab yg belum ada padanan katanya dalam bhs Indonesia. tapi DZAT bisa diartikan dgn ‘SESUATU'( pake tanda petik).
Maka dari itu Allah swt tidak pernah tergambarkan ataupun terlintas dalam pikiran manusia, jadi tak akan pernah ditemui dalam Islam itu visualisasi Allah Swt seperti dlm agama lain macam patung yesus, patung Maria, patung Budha, patung Hindu, patung Kong Hu Cu dan berbagai image-image lainnya.Cuma ajaran Islam yg sangat mengagungkan dan menghormati Tuhan setinggi-tingginya”.
Muslim tersebut menyebutkan bahwa Kristen, Budha, Hindu, menyembah Tuhan berwujud patung. Dan masih banyak juga muslim lain yang jika ditanya tidak ada yang bisa menjelaskan secara mendetail dan jelas. Mereka hanya meyakini bahwa Allah swt itu ada namun tidak bisa menjabarkan bentuk dari Allah swt, dikarenakan Islam meyakini tidak ada satu manusia pun yang bisa bertemu dengan Tuhan.
Apakah benar demikian?
Kesimpulanya adalah Islam tidak bisa memberI penjelasan yang gamblang dan jelas apa yang dimaksud dengan Dzat Allah Swt.
teruslah mengeksplor, maka suatu hari akan semakin kaya akan ilmu dan pengalaman yang hakiki :D
terimakasih atas suport anda….
salam kenal dari saya
Bukankan Allah cukup diyakini?
Saya tidak sependapat akan hal itu.
Cukup meyakini akan adanya Tuhan tanpa mencari tahu kebenaran = beriman buta.
Apakah Tuhan itu benar ada?
Silahkan gali lebih dalam lagi akan keberadaan Tuhan yang kita yakini kebenarannya!!
Bebas. “lakum dinukum waliyadin” artinya: bagiku agamaku, bagimu agamamu.
karena anda itu hewan yang hidup makan terus mati selesai. jadi tidak mengenal setelah itu apayang akan terjadi, turut berduka atas keyakinan
anda
Itulah bedanya Islam dengan yang lain
Dan kelak di akhirat kita bisa melihat Allah atau bahkan duduk di sisiNya
Allah tidak “mewujudkan” dirinya karena akan sama saja seperti agama2 terdahulu yang pada akhirnya lebih mementingkan “bentuk” daripada “isinya”
pahami kata2 diatas dan lihatlah apa yang telah dilakukan pengikut2 Isa ataupun Musa
sebenarnya semua agama menuju pada 1 tuhan, dan semua Tuhan itu “sama”, namun banyak penerus ajaran suatu agama “diselewengkan” menjadi banyak tuhan, atau bahkan tuhan yang diajarkan oleh “pembawa” agamanya sendiri diganti
Contoh: Kristen, siapa tuhan sebenarnya dari Kristen? sudah pasti Allah, ya kan?
Allah menyebarkan suatu kepercayaan melalui Isa (menurut Islam) atau Yesus merupakan Allah yang menjelma (menurut kristen)
Tapi intinya sama, siapa dia, Allah. bahkan Isa sendiri memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah
Kenyatan sekarang berbeda, Kristen lebih meninggi-ninggikan Yesus daripada Allah sendiri (bukankan Yesus itu hanya Raga/manusia). seharusnya Allah lah yang harus disembah karena Dia adalah yang berpikir, menyebarkan, yang berbicara, dialah Dzat itu
Seperti manusia punya Roh/jiwa yang mengontrol semua perilaku kita
Maka Allah mengontrol perilaku yesus sendiri
Bahkan2 Bunda Maria ikut disembah
Mungkin bagi orang yang sudah mengerti “Iman”. tidak peduli dia menyembah yesus , patung yesus, kalung salib, dsb. Ia akan tetap terfokus pada 1 Tuhan yaitu Allah sendiri.
Tapi bayangkan orang2 yang Kurang dalam Iman sendiri, ia akan cenderung menganggap patung, salib dari kayu, dsb sebagai tuhannya
Itulah mengapa Allah tidak mewujudkan diriNya dalam Islam karena Dia tidak mau Umat Islam seperti umat2Nya yang terdahulu
“lakum dinukum waliyadin” artinya: bagiku agamaku, bagimu agamamu.
coba Anda pahami Kalimat di atas . kalo anda Cerdas pasti bisa menjawabnya
Blogwalking…
Salam kenal :-)
Blognya keren! Update terus ya
terimakasih
Subhanallah, Allah adalah 1, dzat yg tidak kita mengerti rupanya. :)
Otak manusia yang sebesar botol tidak akan mampu menjelaskan Allah, Allah yang begitu Maha Kuasa jangan dikatakan berupa Dzat. Allah itu baik, maha Agung, maha Bijaksana, yang menciptakan Alam Semesta termasuk makluk hidup, etc
berarti kesimpulannya Allah itu sebenarnya memiliki wujud kan? cuma otak kita gak nyampe untuk menerka-nerka wujud Allah tu kayak apa *ya gak sih?*
mencoba menyampaikan berfikirlah bagi orang2 yang mau berfikir
sebelum mo ngomong macam-macam pisahkan dulu Tuhan A,Tuhan B,Tuhan C atau tuhan yang lain
Pisahkan Ajaran /Agama karena semua bentuk agama bagi pelaku menuju positif
Dzat saya katakan sama dengan unsur ,unsur meliputi apa saja? lihat rumus kimia ato buka kamus kimia ,…he..he..he..
Logika saya JIKA,sekali lagi JIKA berfikir islam tdk dapat memberikan penjelasan apalagi agama lain,apa seperti itu? Tidak
jika ingin Masuk Dimensi Ketuhanan
-Jangan persempit pemikiran mu
-Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan
-Jangan menghakimi manusia atau merasa benar
-Jangan merasa besar karna ingin menindas
Masuk Dimensi Ketuhanan Memiliki Perhitungan,katakanlah bicara satu Galaksi
ada berapa planet? berapa juta batu meteor berterbangan? berapa lapis ozon untuk menangkal Radiasi Matahari? berapa kecepatan planet2 mengitari matahari? berapa kecepatan berputarnya bumi? hitung ada berapa unsur dalam satu galaksi bimasakti
masih terlalu luas / tidak sanggup menghitung jumlah Dzat dalam satu galaksi,mari kita persempit planet bumi yang kita bertempat ada berapa Dzat?
masih terlalu luas mari kita persempit kembali Dzat dalam tumbuhan ada berapa jenis tumbuhan di muka bumi ini? dan Dzat yang ada di dalamnya Silahkan siapa pun yang mau masuk Dimensi Ketuhanan Coba Pikirkan
masih terlalu luas mari kita persempit…apa pernah kita berfikir saat ini dan siapa saja yang membaca tulisan ini ….saat ini untuk menarik nafas kita harus berfikir dulu atau sebaliknya menghembuskan nafas berfikir dulu mana yang duluan mana yang awal kita lakukan?,saya rasa cukup mungkin hanya sepenggal ini.
kembali,Dzat Milik Tuhan atau Dzat NYA Tuhan Dalam Dimensi KeTuhanan
Jika Islam Menjelaskan ESA cukup artikan apa itu ESA,Jika Islam menjelaskan Tidak Berawal Tidak Berakhir Cukup artikan apa itu Tidak Berawal / Tidak Berakhir,jika Islam Menjelaskan Tuhan Maha Besar Cukup artikan apa itu Besar,( di dalam asmaul husna ) Yang terpenting adalah Kita paham dan mengerti apa maksud dan tujuan agama apa maksud isi Kitab Suci ( IQRO ), dan apa maksud kita hidup, dalam Keseharian Kita apa sudah lebih baik,..mungkin ini saja,jika saya pribadi salah dalam penyampaian atau penulisan ,saya mohon maaf jika saya salah
Tuhan dalam agama Buddha
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.
“ Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. ”
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
isi ayat di kitab suci buddha hampir mirip dg Qur’an Surat Al Ikhlas
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
konsepnya sama beda tradisi dan budaya saja….
Suatu saat kelak kita bertemu muka dng Allah barulah kita bisa melihat(mengetahui) Nya. Namun krn Dia maha kuasa tdk sulit bagi-Nya mengambil wujud salah satu ciptaan-Nya. Dalam kronologi hidup manusia hal ini sdh terlaksana dalam diri Yesus.
Semoga dpt dipahami.
Mungkin Anda lupa tentang Allah pernah bertemu dengan Nabi Musa ketika menerima kitab Taurat di gunung Turzina saat gunung Turzina hancur jika anda telusuri mungkin anda bisa menemukan cahaya, ada sebagian umat masa lalu yang mengatakan matahari menefestasi atau menyerupai Tuhan tapi bukan Tuhan jelas Tuhan Lebih jauh lebih besar/kuat dari ciptannya/matahari. ALLAH Dzat yang Maha Suci lagi Maha Mulia
Lebih benarnya ALLAH yang lebih mengetahui.
Mereka hanya meyakini bahwa Allah swt itu ada namun tidak bisa menjabarkan bentuk dari Allah swt, dikarenakan Islam meyakini tidak ada satu manusia pun yang bisa bertemu dengan Tuhan.
QS 29 : 5 Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
bloknya mantep
trus update
untuk mencari kebemaran yang haq…
Hans Wehr, seorang ahli Linguistik Arab asal Jerman yang beragama Kristen Protestan dalam karyanya yang berjudul A Dictionary of Modern Written Arabic, page 314-315 (terbitan Munster, 1960) mengatakan bahwa istilah DZAT dalam bahasa Arab artinya Essence, Self, Jadi, berdasarkan penjelasan dari dua pakar bahasa Arab yang berlatar bangsa Arab dan bangsa Barat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ALLAH adalah sebuah NAMA dari al-Ilah
Sumber : https://ekspresidiri.wordpress.com/2012/01/15/allah-adalah-dzat-atau-zat/
Menurut seorang pakar Leksikografi/Linguistik Arab yang bernama Louis Ma’luf, seorang Arab Kristen Katolik asal Beirut, Lebanon dalam karyanya yang berjudul al-Munjid fil Lughah wal ‘Alam page 16 (terbitan Lebanon: Dar al-Masyriq, 1986) beliau mengatakan bahwa al-Ilah: al-ma’bud muthlaqan (al-Ilah itu adalah Pribadi Yang Disembah secara Mutlak/Benar [the Only True God]), sedangkan ALLAH: ismu al-Dzat al-Wajib al-Wujud (ALLAH itu adalah suatu nama DZAT Yang Maha ADA yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ADA (the name of the DZAT as Causa Prima).
Jelaslah sudah bahwa DZAT adalah Essence/ Self, yakni Pribadi Yang Menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi DZAT al-wajib al-wujud
Bukan berarti segala sesuatu yg tidak bisa dijelaskan secara gmblang itu tidak ada. Seperti halnya alam semesta ini. Misalnya dengan dengan galaksi dan bintang” . Tpi, apakah hal itu menunjukkan tidak adanya sesuatu? . Tenti tidak. Karena kitanya yg tidak mampu menjangkaunya.
Yang jelas, dari Tuhan” yg ada. Tuhan lain banyak mengandung kerancuan.
Kel 3:14. Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU .” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”